Rabu, 16 November 2016

WELCOME BACK!!!

 Yeeeeee... yang terlupakan kembali lagi. setelah sekian lama tak bersua... akhirnya... :D

Bahas apa ya??? Pertanian Indonesia sedang terpuruk dan terlupakan seperti blog ini :P Tapi sebagai individu yang peduli dengan pertanian dan juga petani (cieee.... bahasanya lebay) kami copas saja ya... beberapa teknik budidaya tanaman (akhirnya copas juga... hahahaha...)

Budidaya SAWI Dari Biji Secara Organik Agar Menguntungkan dan Tahan Terhadap Penyakit 

 Siapa yang tak mengenal dengan tanaman sawi? Tanaman sawi (caisim) dengan nama ilmiah Brassica sinensis L. merupakan jenis tanaman sayur mayur (holtikultura) yang telah banyak ditanam oleh masyarakat petani baik di mancanegara maupun di Indonesia itu sendiri. Proses penanaman dan perawatan yang sangat mudah sehingga pertanian sawi lebih mudah dijangkau oleh masyarakat kecil, kelas menengah ke bawah. Prospek pertanian sawi cukup cerah di pasaran, sebab sawi hampir setiap hari selalu dicari konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sawi banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas. Sawi seringkali dijadikan primadona dalam menu kuliner seperti dijadikan capcai sawi, lodeh sawi, sawi tumis, semur sawi, bakwan yang terbuat dari sayur mayur sawi, bahkan ditambahkan pada beberapa makanan jenis sup. Selain itu, tanaman sawi segar juga dapat dijadikan sebagai makan hewan peliharaan seperti marmut, kelinci, atau hamster yang lucu-lucu. Dalam dunia kedokteran (medis) mengonsumsi sawi sangat baik untuk kesehatan dan kecantikan. Sawi mengandung vitamin C dan A yang bertugas sebagai antioksidan di dalam tubuh untuk menangkal radikal bebas di udara baik yang berasal dari polusi maupun residu asap-asap kendaraan bermotor, dan lainnya. Bagi penderita usus buntu, konsumsi sayur sawi sangat baik sebagai sayur yang rendah kalori dan berserat tinggi sehingga dapat melancarkan buang air besar dan mempercepat proses penyembuhan luka setelah operasi.

Sawi Organik
Sawi Organik, Foto Original Oleh: guruilmuan.blogspot.co.id

Tanaman sawi mampu beradaptasi dengan berbagai jenis kondisi iklim dan anomali cuaca, akan tetapi penanaman sawi yang baik sebaiknya dilakukan pada daerah beriklim kering dengan penyinaran cahaya matahari yang cukup, dengan suhu optimum 22 - 28 derajat celcius. Sementara itu, ketinggian lahan paling cocok di atas 0 - 700 meter di bawah permukaan air laut. Kelembaban udara ideal untuk kecocokan tumbuh kembang tanaman sawi adalah kisaran 78-80%, curah hujan 800 mm/tahun. Banyak masyarakat petani baik di desa maupun di kota yang menanam sawi di lahan terbuka atau secara vertikultur menggunakan PVC atau paralon besar. Hasil yang didapat secara vertikultur tentu cukup bagus dan tak jauh berbeda dengan sawi yang ditanam pada lahan terbuka seperti di sawah, kebun, maupun daerah-daerah bertekstur tanah gambut berawa.

Budidaya dan menanam sawi dapat dilakukan baik itu di daerah berdataran tinggi maupun daerah di dataran rendah. Akan tetapi, kunci yang paling menentukan apakah hasil pertanian sawi akan sukses atau tidaknya tergantung dari niat, serta ketepatan petani dari segi teknik penanaman dan perawatannya. Jika perawatan yang dilakukan petani/penggemar pekebunan tidak intensif dan telaten, maka kemungkinan besar datangnya hama dan penyakit pada tanaman sawi mungkin saja akan terjadi, sehingga patokan dalam sukses budidaya sawi adalah tak boleh lelah dalam proses penanaman, perawatan, hingga kepada kegiatan pemanenan.

Tanaman sawi jauh lebih baik apabila ditanam pada jenis tanah gambut-berawa kering, lempung berpasir, tanah humus gembur dan kaya akan unsur hara organik yang dibutuhkan bagi tanaman, tanah grumosol, andosol, serta tanah jenis aluvial. Tanaman sawi juga cocok ditanam pada pada tekstur tanah jenis tanah liat berkadar rendah dengan pH (tingkat keasaman tanah 6-7).

baca lebih lanjut

1 komentar: