Sabtu, 19 Maret 2011

Tips Tabulampot

Tulisan Wartawan Tempo Terpilih Menjadi Buku

TEMPO Interaktif, Malang- Laporan mendalam yang dibuat wartawan Tempo Bibin Bintariadi berjudul Musnahnya Maskot Kota Batu terpilih menjadi satu dari sepuluh tulisan karya para jurnalis se-Indonesia yang diterbitkan menjadi buku. Buku itu diterbitkan oleh Organisasi Wartawan Lingkungan Society of Indonesian Envirenmental Journalists (SIEJ).Tulisan Bibin menceritakan tentang dampak perubahan iklim terhadap produksi apel petani di kota Batu dan dimuat di Koran Tempo pada Oktober 2010 lalu. “Selain Bibin, ada sembilan lagi karya jurnalis yang kami rangkum dalam satu buku,” kata Chairman SIEJ, IGG Maha Adi, ketika menjadi pembicara dalam peluncuran dan diskusi buku “Jurnalis dan Perubahan Iklim di Indonesia”, di Profauna Petung Sewu Malang, Sabtu (12/3).

Menurut Maha Adi, setidaknya terdapat 50 jurnalis yang mengirimkan usulan tulisan ke SIEJ. Hanya saja, setelah dilakukan proses pemilihan hanya 10 yang terpilih. “Banyak yang tidak fokus, hanya sepuluh ini kira-kira yang layak dibukukan,” ujarnya.

-selengkapnya-

Minggu, 13 Maret 2011

CRUDE PALM OIL

Komoditas kelapa sawit yang memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industry pangan maupun non pangan, prospek pengembangannya tidak saja terkait dengan pertumbuhan minyak nabati dalam negeri dan dunia, namun terkait juga dengan perkembangan sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rape seed dan bunga matahari. Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit mempunyai daya saing yang cukup kompetitif dibanding minyak nabati lainnya, karena ; (1) produktivitas per hektar cukup tingggi ; (2) merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai perubahan agroklimat; dan ditinjau dari aspek gizi minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol bahkan mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A.

CPO (Crude Palm Oil) adalah komoditas minyak nabati utama sektor perkebunan sawit di Indonesia yang merupakan produsen kedua terbesar setelah Malaysia. Areal pengembangan tananam kelapa sawit rakyat mengalami pertumbuhan yang cukup singnifikan dari tahun ke tahun.
Berbagai kemajuan telah diperoleh dalam pengembangan tanaman kelapa sawit dan berbagai manfaat telah dapat diwujudkan sebagai hasil upaya dari para pelaku agribisnis kelapa sawit, dukungan dari berbagai pihak seperti perbankan, penelitian dan pengembangan serta dukungan sarana prasarana ekonomi lainnya oleh berbagai instansi terkait dalam pengembangan agribisnis kelapa sawit sangat berperan penting. Berbagai manfaat yang berhasil diwujudkan antara lain ; peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, peningkatan ekspor, peningkatan kesempatan kerja dan yang terpenting adalah mendukung upaya dalam pengembangan wilayah agar lebih maju dan berkembang. Jika kita lihat dari sisi upaya pelestarian lingkungan hidup, tanaman kelapa sawit yang merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon (tree crops) dapat berperan dalam penyerapan gas-gas rumah kaca atau jasa lingkungan lainnya seperti konservasi biodiversity atau eko-wisata. FAO dalam sidangnya di Roma beberapa tahun yang lalu juga telah menerima usulan dari Malaysia agar kebun kelapa sawit bisa diterima sebagai tanaman hutan karena fungsi-fungsinya yang komplementer dengan fungsi tanaman hutan.

Pengembangan agribisnis kelapa sawit di Indonesia telah memberikan dampak yang sangat positif dalam pembangunan nasional, karena kelapa sawit adalah merupkan salah satu penghasil devisa dari sektor non migas yang cukup penting.

selengkapnya disini

Beras Bisa Surplus 10 Juta Ton

Tidak tertutup kemungkinan beras organik dapat diekspor

PALEMBANG - Indonesia lima tahun ke depan tidak hanya surplus beras mencapai 4-5 juta ton, tetapi minimal bisa mencapai surplus 10 juta ton, karena konsumsi pangan itu cukup besar. Demikian dikatakan Menteri Pertanian (Mentan), Suswono, ketika melakukan panen perdana padi SRI (System of Rice Intensification) organik di Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, Minggu (13/3).

Menurut dia, untuk menjamin ketersediaan pangan dalam negeri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menginstruksikan lima tahun ke depan surplus beras tidak hanya 4-5 juta ton. "Jadi, lima sampai 10 tahun ke depan minimal surplus beras 10 juta ton, karena konsumsi makanan pokok itu cukup besar," ujar Suswono.

baca lebih lengkap